Jumat, 25 Juli 2014

Untukmu, Yang Teramat Kurindukan


Jumat, 25 Juli 2014
Teringat senyum sumringahnya,
Teringat candanya yang menggelikan,
Dan selalu teringat ketegarannya.

Dua kali hari bahagia yang seharusnya kami rayakan bersama, bercerita dan mendengarkan baris-baris harapan yang diinginkannya.
Aku masih mencari waktu yang tepat, melihat situasi yang pas untuk aku mengungkapkan apa yang ingin aku doakan untuknya.
Aku menunggu keajaiban-Nya,
Aku selalu menanti kesempatan yang aku pikir akan dikabulkan-Nya suatu hari nanti,
Entah kapan,
Entah bagaimana.

Aku sungguh merindukannya,
Aku ingin sekali melihatnya,
Berlari mendekapnya, amat erat.
Aku ingin menciumnya,
Dan aku ingin memohon padanya agar tak pergi lagi, tak meninggalkan kami lagi.

Aka kumohonkan pada-Nya,
Memohon terang dan tenang untuknya,
Memintakan segenap bahagia untuknya,
Dan sekali lagi aku ingin menahannya agar tetap disampingku, bersamaku dan mendengar semua ceritaku seperti sedia kala.

Tahukah engkau?
Dada ini terasa sesak ketika mengingatmu telah tiada,
Dan sungguh menyakitkan ketika sadar bahwa aku tak mampu berbuat apa-apa selain berdoa dan merindukanmu.
 Tahukah engkau?
Sampai sekarang dan kapanpun memori tentangmu masih sangat lengkap untuk aku ceritakan,
Bahkan aku masih ingat sekali bagaimana suara hangatmu, caramu tertawa dan caramu mengajariku untuk menjadi perempuan kuat.
Tahukah engkau?
Aku hanya mampu tediam dan menangis ketika mengingat kalimat terakhir ketika kita bertemu,
Orang yang peling dicintainya adalah aku anak pertamamu. Engkau mencintaiku melebihi ibuk dan adik-adik. Subhanallah, betapa beruntungnya aku ini.
Tahukah engkau?
Aku benar-benar menyesal karena belum sempat membahagiakanmu,
Belum sempat mewujudkan mimpimu,
Belum sempat mengajakmu menghabiskan waktu bersama, hanya berdua, di tempat yang kau tahu sangat aku impikan.
Belum sempat membagi cerita hidupku di tanah rantauan.
Dan belum sempat memberitahumu begitu berartinya engkau untukku.
Tahukah engkau?
Di hari yang seharusnya kita bisa tertawa bersama,
Aku sendirian masih menunggu di kamarmu,
Menunggumu dan mengharap engkau yang tanpa sepegetahuanku akan mendekap dan menciumku dari belakang.
Tahukah engkau?
Hari ini adalah hari bahagiamu, Bapak.
Bapak nomor satu yang takkan pernah tergantikan.
Selamat Ulang Tahun.
Aku selalu mencintaimu, selalu merindukanmu dan akan selalu menunggu waktu yang akan mempertemukan kita kembali.