Menghilang dan seperti lenyap. Itu kebiasaanku. Tanpa kabar dan tak mau dikabari, itu yang kuinginkan. Ini sedikit arti dari 'kelemahan' ku.
Dan aku bukan mereka, tak pernah menjadi mereka dan tak akan mau jadi mereka.
Terkadang aku berpikir, hanya sesaat. Mengapa aku sulit mempertahankan semangatku. Katanya pengin punya tulisan berkualitas? Eh... kapan nulisnya? Males-malesan gitu...
Lama sekali tak mengutak atik blog. Hanya beberapa waktu, cuman ngeliat. Terus tutup blog. Payah!
Sebenarnya ingin sekali, aktif menulis terus-terusan. Meningkatkan kualitas tulisan dan opini. Tapi apalah. Energi malas, jari yang manja diajak berlama-lama di atas keyboard, mata yang gampang lelah dan inspirasi yang tak kunjung bersedia ditulis. Hmmm... manusia. #maklum
Sedikit gaya, sekarang juga lebih sering mager. hehehe
Oleh karenanya... ayolah semangat!! Hahaha, nyemangatin diri sendiri . Gapapalah :-D (#ngomongapasih)
Minggu, 28 September 2014
Jumat, 25 Juli 2014
Untukmu, Yang Teramat Kurindukan
Jumat, 25 Juli 2014
Teringat
senyum sumringahnya,
Teringat
candanya yang menggelikan,
Dan
selalu teringat ketegarannya.
Dua kali hari bahagia yang seharusnya
kami rayakan bersama, bercerita dan mendengarkan baris-baris harapan yang
diinginkannya.
Aku masih mencari waktu yang tepat,
melihat situasi yang pas untuk aku mengungkapkan apa yang ingin aku doakan
untuknya.
Aku menunggu keajaiban-Nya,
Aku selalu menanti kesempatan yang aku
pikir akan dikabulkan-Nya suatu hari nanti,
Entah kapan,
Entah bagaimana.
Aku sungguh
merindukannya,
Aku ingin
sekali melihatnya,
Berlari mendekapnya,
amat erat.
Aku ingin
menciumnya,
Dan aku
ingin memohon padanya agar tak pergi lagi, tak meninggalkan kami lagi.
Aka kumohonkan pada-Nya,
Memohon terang dan tenang untuknya,
Memintakan segenap bahagia untuknya,
Dan sekali lagi aku ingin menahannya
agar tetap disampingku, bersamaku dan mendengar semua ceritaku seperti sedia
kala.
Tahukah
engkau?
Dada ini
terasa sesak ketika mengingatmu telah tiada,
Dan sungguh
menyakitkan ketika sadar bahwa aku tak mampu berbuat apa-apa selain berdoa dan
merindukanmu.
Tahukah engkau?
Sampai sekarang
dan kapanpun memori tentangmu masih sangat lengkap untuk aku ceritakan,
Bahkan aku
masih ingat sekali bagaimana suara hangatmu, caramu tertawa dan caramu
mengajariku untuk menjadi perempuan kuat.
Tahukah engkau?
Aku hanya
mampu tediam dan menangis ketika mengingat kalimat terakhir ketika kita
bertemu,
Orang yang
peling dicintainya adalah aku anak pertamamu. Engkau mencintaiku melebihi ibuk dan
adik-adik. Subhanallah, betapa beruntungnya aku ini.
Tahukah
engkau?
Aku benar-benar
menyesal karena belum sempat membahagiakanmu,
Belum sempat
mewujudkan mimpimu,
Belum sempat
mengajakmu menghabiskan waktu bersama, hanya berdua, di tempat yang kau tahu
sangat aku impikan.
Belum
sempat membagi cerita hidupku di tanah rantauan.
Dan belum
sempat memberitahumu begitu berartinya engkau untukku.
Tahukah engkau?
Di hari
yang seharusnya kita bisa tertawa bersama,
Aku sendirian
masih menunggu di kamarmu,
Menunggumu
dan mengharap engkau yang tanpa sepegetahuanku akan mendekap dan menciumku dari
belakang.
Tahukah engkau?
Hari ini
adalah hari bahagiamu, Bapak.
Bapak
nomor satu yang takkan pernah tergantikan.
Selamat
Ulang Tahun.
Aku selalu
mencintaimu, selalu merindukanmu dan akan selalu menunggu waktu yang akan
mempertemukan kita kembali.
Minggu, 20 April 2014
Terimakasih Allah atas nikmat yang tiada tara ini
Malam yang cantik,
terimakasih karena enkgau masih setia memberikan sandaran untukku,
Dan untuk mimpi-mimpi
besarku tetaplah terjaga demi mereka yang mencintaiku.
Teruntukmu yang terkasih.
Merasa sedih ketika aku sedih, ikut senang ketika aku senang
dan menguatkan ketika aku rapuh.
Setiap tetes keringat yang dikeluarkannya, tak satupun
dihiraukan,
Lelah dan beban yang dipikulnya, tak sekalipun dibagi
untukku ataupun yang lain.
Perih bahkan sakit yang dirasakannya, sungguh sering diatasi
dengan senyum sumringah.
Dan setiap cobaan yang dialami, tak pernah sedikitpun
dikeluhkan.
Lagi-lagi rona
keceriaan yang dipamerkan,
Cerita-cerita
menggelikan, antusiasme, motivasi dan harapan-harapan indah yang dilukiskan
untuk kami.
Aku
mengerti, mengerti sekali tentang cita-citanya,
Tentang
hidup yang diharapkannya kelak,
Tentang
kebersamaan yang selalu menjadi doanya,
Dan
yang pasti, tentang cinta yang diberikannya tanpa pamrih.
Oh … Allah, semoga segala berkah-Mu senantiasa menyertainya,
Semoga cinta kasih-Mu selalu melindunginya,
Dan semoga jiwa raga ini tetap dipersatukan dengannya,
Selamanya.
Aku mencintainya. Sangat.
Sungguh, berikanlah kesempatan untuk diri ini berbakti,
Berilah waktu untuk kami mewujudkan semua cita yang selalu dimohonkan
pada-Mu,
Kabulkanlah permintaan kami untuk tetap menjaganya, disampingnya, dan
memeluknya erat.
IBU….
Aku dan kami semua bersamamu,
mendekapmu dan selalu mencintaimu. I love you more.
Happy Kartini’s Day
Jumat, 18 April 2014
Malam menjelang Dini Hari
Saya mengaguminya, sangat. Entah
dari mana asalnya rasa kagum ini, sehingga kini semakin dalam berada dalam
kotak mimpi saya. Dia ingin saya tetap menyimpannya baik-baik. Benar begitukah?
Atau ini hanya dugaan seorang pengagum kemarin sore yang ingin menggapai
bintang padahal ia tahu benar seberapa tingginya untuk sekedar menunjuk bintang
yang dimaksud.
Ya, aku mengagumi ‘orang besar’.
Orang besar versi saya tentunya, tapi juga tidak menutup banyak kemungkinan
bukan saya saja yang terkungkung dalam rasa kagum ini. Oke, saya tidak
mengenalnya, melihatnya secara langsung saja tidak pernah, begitu pula
sebaliknya.
Lalu, tahukah mereka yang sering
menenertawai bahwa saya tidak ngawur. Saya serius ingin bertemu dengannya. Sangat
ingin. Bertemu langsung, melihat betapa jeniusnya dia, menatap setiap kata-kata
yang keluar dari mulutnya, focus setiap kali ia menyunggingkan senyum di sudut
bibirnya yang mampu membakar pesimisme siapa saja yang melihatnya.
Oh.. Alloh, izinkan suatu hari nanti
saya bercerita kepada anak-anak saya betapa dimasa muda saya, ketika menjadi
mahasiswa saya bertemu dengan sosok yang luar biasa ini. Dialah yang
membangunkan saya dari setumpuk rasa malas dan meminggirkan mimpi besar saya,
dia yang membuat saya sering bercermin untuk lebih sadar akan siapa diri saya
ini dan membuat saya sering tersentak ketika dia megingatkan sudahkah ada yang saya berikan untuk negeri ini.
Malam dini hari,
Sampaikanlah sedikit salam ini
untuknya.
Untuknya yang berada jauh di
sana.
Katakan juga padanya, saya tetap
yakin suatu saat nanti saya akan bebicara dan melihatnya langsung.
Malam dini hari,
Berikan kesempatan untuk saya
dapat mendengar seruan ‘Hidup Mahasiswa’ darinya.
Malam dini hari,
Izinkan saya untuk merindukannya.
Merindukan semangatnya,
keyakinannya dan semua tentangnya.
Senin, 03 Maret 2014
Malang dan Kantong Paspas-an
Bangun
tidur sarapan, nyapu, nonton TV, mandi, gangguin adek. Duh, itu-itu saja yang
saya lakukan setiap hari di rumah. Katanya liburan? Mana sisi hiburannya?
Ya,
sejujurnya dengan berkumpul dengan keluarga saja adalah kebahagiaan yang luar
biasa yang bisa saya nikmati. Tertawa, makan, nonton tv, tidur semuanya jika
berada di tengah-tengah mereka adalah kenikmatan yang tiada tara. Namun
terkadang memang pikiran itu membutuhkan suasana baru. Saya cukup bingung
mengatasi ini, karena tidak dapat dipungkiri jika hanya itu-itu saja jadwal
saya di rumah, ya… bosan. Belum lagi jika ibu kerja, adek-adek sekolah, sepi
sekali rasanya.
Lirik
kantong sebentar, waaaaa …ternyata memang benar-benar kurang mendukung.
Alhamdulillah seratus ribu rupiah ada. Baiklah, saya buka menu “Pesan” dan
mengirim SMS ke teman saya yang ada di Malang. Awalnya sih niat survey dulu
mana tempat yang agak keren di Malang yang gak harus ngeluarin duit banyak.
Cap-cip-cup ngobrol kesono kemari dannnnnnnnn…. DEAL!! Oke, aku berangkat
taggal 11 Februari, naik bis.
Udah
salim ibuk, dan cus berangkat. Menurut info, dari Kediri saya bisa naik bis Puspa Indah langsung ke Malang (turun di
terminal Landungsari-terminal penurunan terakhir) atau naik Bus Kawan Kita jurusan
Blitar (turun terminal Blitar), kemudian oper bis Bagong soalnya rumah temen
saya itu daerah Gondanglegi, jadi entar turun di Gadang (Puspa Indah plus
angkot) atau Kepanjen (Kawan Kita-Bagong) terus dijemput sama temen saya.
Hmmm,
kayaknya ini bakalan jadi trip pertama saya sendirian nih. Saya udah mutusin
buat ke Malang naik Kawan Kita sekalian kepengen main ke Blitar. Eh, giliran
udah naik ternyata bisnya kagak bersahabat dan saya diturunin di perempatan
deketnya terminal. Beuh, bete bet
rasanya-___- Terus saya harus
gimance? Ayoh, kejar bis Puspa Indah
yang mau keluar dari terminal. Okelah, gak papa lari-lari ngejar bis
itung-itung ngebakar lemak yang numpuk di badan. Lega juga setelah berhasil
duduk manis di dalam bis yang berisi 4 orang-an. Saya naik Puspa Indah yang dari terminal, ongkosnya Rp 21.000,- langsung sampe Malang. Kurang lebih 4 jam an lah dari
Kediri ke Malang, jadi bisa pulas juga tidurnya. Udah sampai Malang, saya
pikir-pikir ulang buat turun di Landungsari. Soalnya ntar angkotnya juga balik
lagi ngelewatin jalan yang saya lewati pake bis. Karena saran dari teman
setempat duduk sama saya ini juga, akhirnya saya mantap turun di SPBU disekitar
UNMUH terus naik angkot LDG langsung
turun Gadang. Ongkosnya sih sama aja kayak angkot pada umumnya, Rp
4.000,-. Sesampainye di Gadang, temen saya yang namanya Aisyah sudah
stand by nungguin saya. Thank’s ya, blek ! :-P
PERTAMA-TAMA
Jangan
dibayangin hari pertama langsung cas-cis-cus sana sini. Hari pertama lebih
afdol kalo maen dulu sebentar kerumah temen saya yang satunya si Faiz, pacarnya
Aisyah. Yep, mereka 2 sejoli dari Malang yang kuliah di UNNES-Semarang bareng
sama saya satu rombel. Namanya perut emang kagak bisa dikibulin, rasa lapernya
sampe kedengeran sama ibunya si Faiz. Dan…. diluncurkanlah rujak cingur, salah satu
makanan khas ampuh Jawa Timur. Udah rujak, eh masih ada pisang goreng ama teh.
Duh… ibuknya Faiz benar-benar memahami perut saya. Hehehe. Dasar anak jaman
sekarang HMP (Habis Makan Pulang), setelah ngobrol-ngobrol dikit sama ibuk dan
bapaknya Faiz, saya dan Aisyah pamit pulang. Pulang ke rumah Aisyah, takut
kesorean.
Wusssssssssssssssh,
sampe deh di rumah Aisyah. Hal pertama yang saya lakuin adalah, salim dan peluk
ibunya Aisyah. Nggak tau kenapa rasanya kaya sama ibuk sendiri. Mungkin karna
sama-sama gendut kali. Eh, hehehehe bercanda
yah blek :D. Udah gitu, ibunya Aisyah langsung nyiapin nasi dan lele goreng
lengkap dengan sambel sama lalapannya daun kemangi. Subhanallah, enaknya.
Gurihhh bingit. Trimakasih ya buk :)
KEDUA-DUA
Hari
kedua, tapi hari pertama mulai ngetrip. Mm… tempat tujuan pertama adalah
stadion Kanjuruhan, markasnya Singo Edan (julukan Arema Indonesia). Luas,
dikeliingi taman, dan beberapa PKL ada disana.
Kayanya
juga belon lengkap kalo nggak beli apa-apa, yah… apa boleh buat udah jauh-jauh
dari Kediri nggak ada salahnya kalo nyomot satu kaos Arema seharga Rp
48.000,- tentunya dengan nego-nego an dulu sama bapaknya yang pelit
buwingit :D. Kami tidak terlalu lama di stadion karena udara panas sekali, ntar
bisa-bisa ane kaya jemuran seminggu gak diangkat, kusut hahaha.
Next,
abis ntu Aisyah ngebawa ane ke tempat yang “lumayan” jauhnya sampe hampir
gabisa lepas nih pantat sama motor. Tujuan berikutnya Masjid Sanan, kata Aisyah. Padahal sebenernya ada nama aslinya,
cuman saya juga lupa :-P, dan jangan khawatir bagi kamu yang takut kekurangan
ongkos. Disana FREE, TANPA DIPUNGUT BIAYA SEPESER PUN. Tapi
mungkin awalnya kalian kaget karena gerbang pintu masuknya ada tempat
“ngarcisnya”, tenang aja itu cuman sebagai tanda “kulo nuwun” kata bapaknya.
Kalian tinggal isiin nama dan asal. After
that, you can take own line but definite. Remember, you are the new guest!
Masjid ini lebih populer sebagai tempat rekreasi daripada
sebagai tempat ibadah. Bangunannya terdiri dari batuan keramik dengan desain
seperti goa. Masjid ini mempunyai 10 lantai yang mana di lantai atas terdapat
pusat perbelanjaan segala macam barang khas maupun bukan khas nya Malang. Untuk
masalah harga, relatif sama dengan di pusat oleh-oleh pada umumnya. Hampir
disetiap lantainya memiliki mushola yang digunakan untuk beribadah. Mungkin
sedikit membingungkan, ada mushola di
dalam masjid?. Jadi, ketika kita masuk ke masjid ini kita seperti masuk
kedalam sebuah goa yang disetiap belokannya terdapat tangga untuk menuju ke
lantai atas. Selain itu. Disetiap lantai memiliki sentra nya masing-masing. Ada
yang kios, kolam ikan, kantin, tempat foto, dan masih banyak lagi termasuk
parkirnya juga luas. Dan di beberapa lantai itu pula ada mushola untuk ibadah. Jangan
khawatir juga, bahwa disana sudah ada petunjuk untuk naik maupun turun. Tetapi
walaupun demikian, tidak ada salahnya pergi bersama-sama, tidak sendirian. So, kalo elu nyasar ada temennya :-D.
hihihihihi.
Em…, kami gak terlalu lama sih disana soalnya juga antisipasi
kalo kemaleman nyampe rumahnya coz jarak masjid ke rumah Aisyah ntu 2-3jam an
lah. Karena kami parkirnya di luar masjid, ya otomatis kudu bayar. Standar kok,
cuma dua rebu rupiah aja. Dan saking
panasnya, gak tahan kalo gak mapir nyegerin tenggorokan.
Cussssssssshhhhhh
KETIGA-TIGA
Hari berikutnya mennnn…. .
Gak muluk-muluk buat hari selanjutnya, Kamis 13 Februai 2014.
Seharian di rumah, tapi sorenya teman saya yang cantik nan baik hati ini
membawa saya ketempat pemandian yang pastinya GRATIS TIS TIS TIS.
Sumber Taman namanya.
Tempatnya teduh banget, dengan dikelilingi pohon beringin yang gedhe. Maklum
sih, lokasinya emang desa banget jadi udaranya juga dingin, men. Brrrr.
Sepulangnya dari sono, mampir
deh ke rumah keluarganya Aisyah yang ada beginiannya nihhh….
Cakep kan…., bunganya maksyutnya :-P.
KEEMPAT-EMPAT
Hari
penutupan di Malang. Kan ane juga punya rumah dan kayaknya kangen keluarga itu
nomer one dah pokoknya jadi udah gabisa ditawar lagi kalo besoknya harus
pulang.
So cool nih gan, ane sama temen-temen ane si
Aisyah n Faiz. Ini namanya Tugu lilin, kata Faiz. Ikon nya Malang yang
kebetulan berada tepat di depan Kantor Balaikota Malang. Mm… masalah bayar
membayar kagak usah khawatir lagi. Udah jelas GRATIS BANGETTTTTT. Cuman bayar ongkos parkIr doang DUA REBU RUPIAH buat ngejaga motor
agan-agan ntu. Sepulang dari Tugu Lilin, kami mampir ke UM dulu ngejemput
embaknya Faiz, duh sayangnya ga sempet foto bareng. Berhubung di perjalanan
perut udah kagak bisa diajak damai, yahh… time
to dinner!!
Makan di tempat yang menurutku keren sih, di
daerah belakangnya pasar besar Malang. Modelnya setipe ama Toko Oen, tempatnya
gaya jaman dulu. Selain itu juga ada foto-foto Malang tempo doeloe nya juga sama kaligrafi gitu. Penjualnya udah
bapak-bapak banget, yahhh sekitar 60an ke atas deh menurut kacamata ane.
Menunya
yang terkenal penyet ayam laos. Hap, pesen penyet ayam laos, ayamnya digoreng,
laosnya diparut, sama tempenya satu, sambel pedes, lalapan, dan minumnya es
teh. LIMA BELAS REBU masih dapat
kembalian
Ehhh, ada yang hampir lupa. Siangnya ane diajakin Aisyah nguliner dikit di
pasar Gondanglegi. Ini nih, cuman tiga
rebu lima ratus rupiah, Maknyussss
Eeees
puter campur-campur namanya. Kata siapa? Kata gueh ehehehehe :D .ya nggak tau
sih apa namanya yang bener, yang jelas ane nyebutnya gitu. Simple.
Err…pulangnya ane
naik kereta men, cuman Rp 5.500,-. Kereta dateng jan 9 di Stasiun
Kepanjen. Hap...hap...,enough dulu
deh, ntar nunggu trip-trip saya selanjutnya yahhh :D
Bubyeee… .
Langganan:
Postingan (Atom)