Jumat, 18 April 2014

Malam menjelang Dini Hari



Saya mengaguminya, sangat. Entah dari mana asalnya rasa kagum ini, sehingga kini semakin dalam berada dalam kotak mimpi saya. Dia ingin saya tetap menyimpannya baik-baik. Benar begitukah? Atau ini hanya dugaan seorang pengagum kemarin sore yang ingin menggapai bintang padahal ia tahu benar seberapa tingginya untuk sekedar menunjuk bintang yang dimaksud.
Ya, aku mengagumi ‘orang besar’. Orang besar versi saya tentunya, tapi juga tidak menutup banyak kemungkinan bukan saya saja yang terkungkung dalam rasa kagum ini. Oke, saya tidak mengenalnya, melihatnya secara langsung saja tidak pernah, begitu pula sebaliknya.
Lalu, tahukah mereka yang sering menenertawai bahwa saya tidak ngawur. Saya serius ingin bertemu dengannya. Sangat ingin. Bertemu langsung, melihat betapa jeniusnya dia, menatap setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya, focus setiap kali ia menyunggingkan senyum di sudut bibirnya yang mampu membakar pesimisme siapa saja yang melihatnya.
Oh.. Alloh, izinkan suatu hari nanti saya bercerita kepada anak-anak saya betapa dimasa muda saya, ketika menjadi mahasiswa saya bertemu dengan sosok yang luar biasa ini. Dialah yang membangunkan saya dari setumpuk rasa malas dan meminggirkan mimpi besar saya, dia yang membuat saya sering bercermin untuk lebih sadar akan siapa diri saya ini dan membuat saya sering tersentak ketika dia megingatkan sudahkah ada yang  saya berikan untuk negeri ini.

Malam dini hari,

Sampaikanlah sedikit salam ini untuknya.

Untuknya yang berada jauh di sana.

Katakan juga padanya, saya tetap yakin suatu saat nanti saya akan bebicara dan melihatnya langsung.



Malam dini hari,

Berikan kesempatan untuk saya dapat mendengar seruan ‘Hidup Mahasiswa’ darinya.



Malam dini hari,

Izinkan saya untuk merindukannya.

Merindukan semangatnya, keyakinannya dan semua tentangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar