Minggu, 20 April 2014

Terimakasih Allah atas nikmat yang tiada tara ini



Malam yang cantik, terimakasih karena enkgau masih setia memberikan sandaran untukku,
Dan untuk mimpi-mimpi besarku tetaplah terjaga demi mereka yang mencintaiku.
Teruntukmu yang terkasih.
Merasa sedih ketika aku sedih, ikut senang ketika aku senang dan menguatkan ketika aku rapuh.
Setiap tetes keringat yang dikeluarkannya, tak satupun dihiraukan,
Lelah dan beban yang dipikulnya, tak sekalipun dibagi untukku ataupun yang lain.
Perih bahkan sakit yang dirasakannya, sungguh sering diatasi dengan senyum sumringah.
Dan setiap cobaan yang dialami, tak pernah sedikitpun dikeluhkan.
Lagi-lagi rona keceriaan yang dipamerkan,
Cerita-cerita menggelikan, antusiasme, motivasi dan harapan-harapan indah yang dilukiskan untuk kami.
Aku mengerti, mengerti sekali tentang cita-citanya,
Tentang hidup yang diharapkannya kelak,
Tentang kebersamaan yang selalu menjadi doanya,
Dan yang pasti, tentang cinta yang diberikannya tanpa pamrih.
Oh … Allah, semoga segala berkah-Mu senantiasa menyertainya,
Semoga cinta kasih-Mu selalu melindunginya,
Dan semoga jiwa raga ini tetap dipersatukan dengannya,
Selamanya.
Aku mencintainya. Sangat.
Sungguh, berikanlah kesempatan untuk diri ini berbakti,
Berilah waktu untuk kami mewujudkan semua cita yang selalu dimohonkan pada-Mu,
Kabulkanlah permintaan kami untuk tetap menjaganya, disampingnya, dan memeluknya erat.
IBU….
 Aku dan kami semua bersamamu, mendekapmu dan selalu mencintaimu. I love you more.
Happy Kartini’s Day

Jumat, 18 April 2014

Malam menjelang Dini Hari



Saya mengaguminya, sangat. Entah dari mana asalnya rasa kagum ini, sehingga kini semakin dalam berada dalam kotak mimpi saya. Dia ingin saya tetap menyimpannya baik-baik. Benar begitukah? Atau ini hanya dugaan seorang pengagum kemarin sore yang ingin menggapai bintang padahal ia tahu benar seberapa tingginya untuk sekedar menunjuk bintang yang dimaksud.
Ya, aku mengagumi ‘orang besar’. Orang besar versi saya tentunya, tapi juga tidak menutup banyak kemungkinan bukan saya saja yang terkungkung dalam rasa kagum ini. Oke, saya tidak mengenalnya, melihatnya secara langsung saja tidak pernah, begitu pula sebaliknya.
Lalu, tahukah mereka yang sering menenertawai bahwa saya tidak ngawur. Saya serius ingin bertemu dengannya. Sangat ingin. Bertemu langsung, melihat betapa jeniusnya dia, menatap setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya, focus setiap kali ia menyunggingkan senyum di sudut bibirnya yang mampu membakar pesimisme siapa saja yang melihatnya.
Oh.. Alloh, izinkan suatu hari nanti saya bercerita kepada anak-anak saya betapa dimasa muda saya, ketika menjadi mahasiswa saya bertemu dengan sosok yang luar biasa ini. Dialah yang membangunkan saya dari setumpuk rasa malas dan meminggirkan mimpi besar saya, dia yang membuat saya sering bercermin untuk lebih sadar akan siapa diri saya ini dan membuat saya sering tersentak ketika dia megingatkan sudahkah ada yang  saya berikan untuk negeri ini.

Malam dini hari,

Sampaikanlah sedikit salam ini untuknya.

Untuknya yang berada jauh di sana.

Katakan juga padanya, saya tetap yakin suatu saat nanti saya akan bebicara dan melihatnya langsung.



Malam dini hari,

Berikan kesempatan untuk saya dapat mendengar seruan ‘Hidup Mahasiswa’ darinya.



Malam dini hari,

Izinkan saya untuk merindukannya.

Merindukan semangatnya, keyakinannya dan semua tentangnya.